Tampilkan postingan dengan label metamorphoself. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label metamorphoself. Tampilkan semua postingan

Jumat, 22 Januari 2010

menghidupkan jiwa


memberi makan pada jiwa yang lapar, haus, dahaga.
sampai mata berair.
nafas terdesak.
tubuh terguling, lelah.

jiwa mati, karena hati mati.
na'udzubillah.
jiwa hidup kembali, karena minta ganti hati.
wahai hati, berubahlah.

yaa ayyuhannafsul muthma'innah... hiduplah.

Kamis, 21 Januari 2010

Expensive Design


This design costs Rp. 20 million.

Can you see my initial in the middle of the butterfly? Don't you think that's very beautiful? For me, that is.

Sabtu, 25 Juli 2009

Agar hatinya lembut, dinie...


Astaghfirullahal'adziim...

Apakah sensitif dan gampang menangis adalah bagian dari sisi sanguinisitas yang harus segera saya singkirkan jauhjauh?

Apakah boleh saya menjadikan gender sebagai alasan tangisan saya malam ini? Saya perempuan, oleh sebab itu saya mudah menangis. Bolehkah? Boleh sajalah. Ditahan malah sakit sendiri. Tak saya bagi di sini, saya khawatir nanti saya ulangi lagi. Jadi, boleh kan saya sampaikan di sini?

Sungguh, menjaga hati itu lebih berat daripada sekedar persiapan menuju sidang skripsi. Bahkan barangkali jauh lebih berat daripada menjadi penguji skripsi yang sudah jadi.

Tapi itu sama sekali bukan alasan untuk berhenti menjaga hati, dan bukan alasan untuk mencaricari alasan mengajukan pertanyaan yang bisa dijawab sendiri. Berat yah? Memang berat. Tapi barangkali, kalau jeda ini tak diberlakukan, hati saya bisabisa jadi lebih keras dari hari kemarin.

Jeda ini memang memicu airmata. Tapi, kalau airmata ini dianggap jatuh untuk alasan sepele, maka saya mau menyalahkan alasan tersebut. Bukannya mencari pembenaran. Tapi saya dengan ini ingin menyatakan, bahwa tangisan kali ini adalah sebuah cara agar hati menjadi lebih lembut lagi. Airmata ini mengalir bersamaan dengan hujan di luar sana. Dan sekali lagi saya berkata, bahwa alam mewakili perasaan saya...

Baiklah jika begitu. Matahari besok pasti cerah. Ketika saya buka jendela dan mengawali hari dengan Al-Ma'tsurat, akan merasuk dalam tubuh saya beribu kekuatan sebagai pengganti airmata hari ini, kekuatan agar hati saya semakin lembut namun tetap kokoh. Kekuatan yang menambah keyakinan, meskipun sampai hari ini saya masih belum tau entah bagaimana saya menjadi pemenangnya.

It can be miracle, when we believe. I still believe, so much. What about you?

Jumat, 24 Juli 2009

I quit


Let me quit,
when you come in to the line at the same time I am on the same line...


You know why I did so... And I will always do every single time I realize you are also on the same line, till we have our very own time.. I can't escape my eyes from the tears, and I do really hate tears to fall down for the inappropriate reason just like I state in my post before.

It's a great mingling feeling playing inside my heart, and that's much miracle for me to have it! The power of sincerity to change better *and to accompany me to change, too* brings me to a decision, that I need REST from being 'together' with you on the line. Just at the same time... That's the time when I can't help my self, but will be back soon at other time to check the line. That's beautiful, coz I know you know that I do checking and updating every day, to share people, as well as to inform you, this what happen to me. I need to do that, at least to unleashing the heap of my feeling along the day. So, thanks so much, my lines, and my line in sand :)

So I quit. I close the windows, and prefer to shut down this PC, after finishing this post.

Senin, 20 Juli 2009

Tidak boleh cengeng


Waktu saya dikasih pe-er sama seorang rekan blogger untuk memaparkan beberapa fakta tentang diri saya, Januari tahun lalu, saya menempatkan sifat Sensitif, gampang nangis di urutan nomer 4. Sebetulnya, paparan fakta mengenai saya waktu itu bukanlah sebuah prioritas yang saya urutkan berdasarkan skala angka. Sama sekali tidak. Kebetulan aja pas lagi ngetik, fakta tersebut yang terlintas di kepala saya, dan ngetik post itu aja nyambil siaran hehe... yeah maka terjadilah hehe :D

Saya ga mau ngebahas d.e.l.a.p.a.n poin di situ satu per satu. Kepanjangan tar tulisannya. Lagipula, hari ini saya harus segera selesaikan koreksian. Jadi, postingan ini adalah postingan kilat, dibuat dalam rangka menyemangati diri sendiri, supaya ga cengeng lagi.

Iyeah, saya memang sangat sensitif, dan sangat gampang menangis. Bahasa alusnya tuh, saya cengeng :$ Beneran, saya malu sebetulnya begitu gampang menangis. Apalagi kalo nangisin hal yang sama sekali ga pantes saya tangisi sebelum waktunya. MEMALUKAN!! Saya merasa berdosa sudah menangis malam ini, meskipun tangisan saya lumayan bikin lega.

Habis nangis memang lega, sangat lega. Seakanakan semua perasaan saya yang tertahan, keluar dan mengalir deras bersama butiran air mata. Makanya, ketika tulisan ini selesai pun, saya sungguh lega, karena meskipun wajah saya masih sembab, mata saya masih sedikit basah, tapi perasaannya saya jauh lebih hangat.

Dan setelah ini, saya tidak boleh cengeng lagi seperti ini. Kalo masih cengeng garagara hal sepele, malu sama korban ledakan tak bersalah, malu sama anakanak dan wanitawanita Palestina, malu sama saudara di belahan bumi lain yang di detik ini semakin kuat bertahan di bawah tekanan musuhmusuh dakwah!!

"Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari kegelisahan dan kesedihan, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan bakhil..."

Menyesal


Menyesal memang tak pernah di awal, hadirnya selalu belakangan.

Dan saya menyesal sekaligus kesal dengan apa yang beberapa hari belakangan ini terjadi. Beragam ledakan. Mulai dari ledakan tangis yang berlebihan atas wafatnya Michael Jackson, ledakan di Ritz dan JW Marriot yang efeknya sungguh mengerikan, sampai dengan dampak akibat ledakan emosi saya yang malah berimbas pada saya sendiri, membuat saya menangis meledakledak :p *kenceng banget maksutnya waktu nangis* :c

Menyesal tiada gunanya, ujar orangorang. Benarkah penyesalan ga ada gunanya? Bukankah Allah menciptakan segala sesuatu dengan manfaatnya masingmasing?

Menurut saya sih, menyesal ada gunanya. Paling ngga, menurut Aa Gym dalam Tausiyahnya berjudul Keindahan, salah satu syarat tobat adalah menyesal. Orang ga akan pernah menyesal kalau dia tak pernah tahu bahwa dia telah melakukan kesalahan. Artinya, ketika saya menyesal, saya menyadari sudah terjadi kesalahan atas apa yang saya lakukan. Iya kan, kawan? Tentu saja menyesal aja ga cukup. Sebagaimana yang saya yakin kita semua sudah tau, bahwasanya tahap berikutnya setelah menyesal adalah minta maaf, minta ampun, bersitighfar sebanyakbanyaknya. Baru kemudian berusaha dengan gigih supaya ga mengulangi kesalahan.

Dan kesalahan itu, mudahmudahan ga saya ulangin lagi. Saya juga teteup perlu diingatkan terus, selain juga saya yang menjaga diri. Jujur saja, saya tak sanggup memberikan penjagaan maksimal untuk diri saya, karena Allah saja yang paling sanggup memberikan itu. Oleh karena itu saya minta doanya juga, agar saya *dan kita semua* selalu dijagakan oleh Allah SWT. Amiin.

Hari esok akan menjadi hari yang LEBIH penuh hatihati ketika saya sedang meledakledak tercemar emosi, baik dalam bentuk lisan apalagi tulisan. Dan Menyesal ini, ia tidak berlarut tiada guna, maka kemudian ia menggiring saya pada kehatihatian.

Kamis, 16 Juli 2009

Perlu kursus lagi


...Mungkin butuh kursus, merangkai kata untuk bicara...

...Dan aku benci, harus jujur padamu tentang semua ini...

Indak tau mengapa, siang tadi pas lagi jadi ibu rumah tangga beresberes, saya nyenandungin lagu ini. Sebetulnya sih, saya tau mengapa hehe :p Tapi, berhubung saya berusaha untuk zapping my lips *boleh dibaca: simpati alias simpen dalam hati* maka dari itu, sebaiknya temanteman indak usah tau aja mengapa hoho...

Katakata, aih katakata. Bisa jadi ribet banget kalo kelewat ngotot, dan bisa jadi bikin gemes banget kalo dicuekin tanpa ampun!! :v

Malem ini, sebetulnya saya udah kehabisan kata untuk buat postingan ini. Saya ngerasa masih kurang anggun :c Betulbetul perlu kursus lagi nih saya. Okeh. Ntar genap di usia duadua, saya sudah akan bersikap anggun, sebagaimana yang seharusnya saya lakukan sejak saya memutuskan untuk menikmati tarbiyah ini. Terserah temanteman aja mau mendefinisikan 'anggun' itu kayak gimana. Yang pasti, saya akan bersikap anggun!! Bukan bersikap seperti anggun hehe :p

Salah satu tolak ukur sikap anggun itu, menurut saya, adalah: halus dalam sikap ucap dan perbuatan.. *kedengeran agak mirip dengan Dasa Dharma Pramuka, ya keun?* :t Apakah temanteman setujut dengan tolak ukur tersebut? Bagus kalo gitu. Artinya saya bisa langsung kursus belajar untuk menjadi anggun (lagi) *sendiri* mulai hari ini. Terima kasih ya dukungannya. Saya sayang deh sama tementemen. :L

Senin, 13 Juli 2009

Saya Penyiar


"Dini, masih siaran di Volare?"

Yeah, pertanyaan itu paling sering diajukan tiap kali saya ketemuan sama teman lama maupun teman baru yang ga terlalu deket tapi tau kalo saya penyiar.

"Oooh, Dini penyiar di Volare kah? Udah brapa lama siarannya?"

Nah, kalo pernyataan dan pertanyaan itu biasanya keluar dari ikhwah sesama kader, yang diajukan baik ketika apel siaga, aksi simpatik, maupun kampanye dialogis.

Begitulah. Eksistensi saya sebagai penyiar, menurut saya, adalah salah satu hal yang membuat saya agak sedikit diperhitungkan di atas muka bumi ini. Saya inget, ketika dulu saya pertama kali masuk MAN 2 Pontianak, jamannya saya masih bawa hawa bandel bin ajaib dan suka ngelawan senior *muuup banget yang pernah saya berontakin* :y Hmm, saya diseret, trus ditanyain sama senior, "Oooh, kamu yang namanya Dinie Hazel yang scriptwriter Volare itu?" :f

POPULER juga ya saya!! :p

Yeah, percaya ga percaya, perjalanan saya di Radio Volare sudah genap 6 tahun. Sejak Juli 2003, sampai hari ini Juli 2009. Betul sekali, saat itu saya baru tamat SMP, bahkan nerima ijazah kelulusan SMP aja belom. Saya gandrung sama Radio Volare mulai dari kelas 3 SMP, ga pindahpindah stasiun radio laen, seriues. Dari pagi bangun tidur dengerin berita, sampe udah mau tidur dengerin Tune Tutup Siaran *saya tau namanya itu, ya karena akhirnya saya jadi bagian dari Radio Volare*. Sebuah perjalanan yang sudah direkayasa Allah.

Beberapa orang menyangka bahwa rintisan pengalaman saya di Radio Volare berawal mula karena dibantu Bapak saya. Maksutnya, saya bisa kerja (baca: menggali potensi) di sana, garagara Bapak saya, begitu. Padahal, sungguh, sedikitpun Bapak saya sama sekali ga tau apaapa dan ga ikutcampur urusan saya sampe saya bisa mingle ke Radio Volare. Proses keberadaan saya di Radio Volare, pernah saya ceritakan dengan singkat di halaman ini. Sebuah perjuangan, yang rasanya kok 'keringatnya' manis banget ya? Sama sekali tak pernah saya rasakan lelah waktu itu. Saya mencintai dunia Radio, sangat cinta. Bahkan, menurut Mama saya dan 2 orang tante saya yang membuai saya dalam ayunan waktu saya kecil dulu, "Eri itu ga bisa tidur kalo radio jadulnya dilepas dari pelukan". :o TAKJUB.

Sebenernya saya ga mau percaya gitu aja. Tapi, mama saya punya bukti kuat terhadap statement itu. Fotonya, saya pandang dengan senyuman paling manis yang orang lain tidak miliki *ya iyalah, wong munculnya dari bibir saya* :p Yeah, foto saya sedang memegang radio. Pengen banget majang di sini. Tapi waktu itu saya masih belum hijrah, jadi fotonya agak sedikit seksi :D :$

Yah, jadi begitu, kawan. Betapa saya mencintai siaran, karena di sana saya bisa aktualisasikan diri lewat ucapan. Sebagaimana saya mencintai blogging, yang artinya saya aktualisasikan diri lewat tulisan. Dan satu hal penting adalah: suara wanita adalah aurat. Sayang sekali, siaran berarti 'menebar' suara yang notabene aurat wanita kepada khalayak rame. Benarkah begitu maksutnya? :c

Sebetulnya, hati saya sedih dan pedih *dan sekarang saya udah ampir mau nangis* ngebayangin suatu hari saya akan ninggalin Radio Volare, yang dijadikan Allah sebagai tempat awal mula bagi saya untuk 'diperhitungkan' oleh beberapa orang.

Menjadi dosen tamu di Poltekkes, dikasi embel2 penyiar Volare.

Ditawarin jadi juri debate, dikasi embel2 penyiar Volare.

Jadi Tentor Bahasa Inggris di SSC, dikenalinnya malah sebagai penyiar.

Ketemu kader laen yang penyiar radio dakwah, disapanya: "Nah, ini Dini penyiar Volare"

Sudah melekat, seperti LEM!! Dinie dan Volare. Hampir di mana aja. Padahal saya selalu berusaha nyembunyiin profesi saya sebagai penyiar ketika saya mengajar, namun apa daya sudah kodratnya Radio menjadi media yang dipancarluaskan ke seantero kota, minimal Pontianak dan sekitarnya. Maka, begitu saya bicara, dan begitu lawan bicara saya ini kebetulan adalah pendengar setia Volare, ketangkep basahlah saya di situ. Dan ini terjadi berkalikali.

Jujur saja, sampai hari ini pun, kalau ditanya apakah saya masih memilih untuk siaran atau nggak *siaran di Radio Volare, tentu saja* saya ga akan minta option. Karena saya udah tau mau jawab apa. Untuk saat ini, tolong izinkan saya menjejakkan sisa infiltrasi amanah dakwah melalui media, yang orang lain belum dikasi kesempatan sama Allah. Tapi saya sangat yakin, halhal dan tempat yang baik pasti akan Allah jagakan, jadi untuk apa saya terlalu khawatir toh ;)

Maka, jika suatu hari nanti saya berada pada posisi harus bersedih hati meninggalkan kantor sekaligus Radio Volare tercinta *astaghfirullah, kenapa saya nangis?*, itu berarti sudah pasti akan ada kantor lain yang lebih indah, lebih tertata, dan membuat saya merasa lebih terjaga bersama segala yang ada di dalamnya. Serius, suara saya yang paling merdu juga untuk orangorang tercinta aja kok :) :L Dan tidak menjadi penyiar juga tidak menzalimi saya, beneran. Maka, tolong bantu eksplore semangat saya ya, lewat doa setiap hari. Ga usah berhenti menyemangati diri, karena kita sudah sepakat untuk samasama percaya. WE WILL!!

**tenang aja, saya ga mungkin 'selamanya' jadi penyiar** ;)

juli lalu


Wah, sudah tanggal 3 juli hari ini. Tinggal 19 hari lagi ehehehe, counting down mulu ah kerjaannya.

Ya iya, as I have stated, that I am always special in this month, everyday is special of me!

Bulan juli, berarti anak sekolah pada libur ya?

Hehe, saya malah ga libur sama sekali.

Yang ada, kerjaan saya :

rapat,

masukin proposal,

rapat,

ngumpul lagi,

rapat,

siaran,

browsing,

ngajar,

ngga pulang-pulang,

makan di luar,

ketemu si ini,

ketemu si itu,

janjian nonton,

makan di luar,

rapat,

ngajar,

siaran,

browsing,

huuuuwwwwwwwwaaaaaaa saya bisa stress!!

Nah, itu bunyi postinyan saya tanggal 2 Juli 2 tahun lalu. Kangeeeeeen banget dengan aktivitas yang jelas juntrungannya. Aih, emank sekarang juntrungan aktivitas saya ga jelas ya? *btw, juntrungan itu apa ya?* :p

Yeah, maksutnya dulu, 2 tahun yang lalu itu, saya inget betul bagemana saya bergerak ke sana kemari nyarinyari duit buat ngadain kegiatan. Masukin proposal. Duh, indah sekali rasanya prosesi masukin proposal waktu itu. Sampe dengan hari ini, saya juga masih berusaha dengan proposal: proposal riset. Alhamdulillah, sudah diaccept :D *kalo proposal buat jadi permaisuri? :t ya udah ga usah dijawab aja* :v

Juli lalu, saya masih berkutat dengan beragam aktivitas yang, hmm... hihi pake kalimat kayak apa yang buat ngejelasinnya? Excited, itu perasaan yang tertanam dalam benak saya waktu itu. Seneng, ngerasa bermanfaat untuk khalayak ramai, siapa aja yang perlu tenaga saya. Pergi pagi pulang malem. Kesian deh waktu itu hehe. Tapi justru waktu itu membawa saya pada sebuah wacana hidup baru *kedengeran kayak orang udah nikah ga sih? :p* yang suatu hari akan mengantarkan saya pada pola pikir lebih segar, matang, dan mendapat restu dari pihakpihak yang memahami kebutuhan saya ;)

Juli lalu, menyenangkan. Selalu menyenangkan. Dan saya berjanji, mulai Juli ini, baik Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Maret April Mei Juni sampe balik Juli lagi, sepanjang tahun akan saya tapaki dengan goresangoresan halus yang tak henti dikenang oleh anak cucu saya nanti :)

Jumat, 10 Juli 2009

Dan akhirnya Mama berkata...


"...semoga doa mama tiap hari untuk kamu segera dikabulkan Allah, ya"

Bahwasanya ketika bicara dari hati akan ditangkap dengan hati, adalah sebuah kebenaran mutlak yang saya buktikan petang ini. Saya sangat paham maksud mama dalam obrolan keluarga tadi, dan tentu saja saya tidak akan berdiam diri ga ngapangapain, ga punya penghasilan, ga berproduktivitas membiarkan ilmu yang sudah Allah amanahkan kepada saya begitu saja. I really comprehend what you mean, mom. Maka, melalui penjelasan dengan pendekatan hati, mama pun ikut menyemangati saya agar menyegerakan perampungan studi. Maka saya optimis, dan harus membuatnya menjadi realistis!!

Maksimalisasi, kali ini tinggal dari diri saya sendiri. Doa, Ikhtiar, Tawakkal kepada Allah. Semoga saja segala macam kekurangan yang akan muncul nanti, bisa dengan lapang dada dimaklumi dan diminimalisasi dengan merasakan kelebihan yang Allah anugerahkan kepada saya. Kekurangan saya yang akan tampak nanti, semoga tak menjadi sebuah titik mula penyesalan atas apa yang hari ini kita yakini. Tentu saja saya akan melakukan hal yang sama, dengan bantuan perlakuan serupa untuk saya :)

Saya pun berdoa, "Ya Rabbi Izzati, segera kabulkan doa kedua orangtua hamba"

Jumat, 03 Juli 2009

Fakta Hidup


Fakta Hidup

1. Sekurang-kurangnya ada 5 orang dalam dunia yang menyayangi Anda dan sanggup mati karena Anda.

2. Sekurang-kurangnya ada 15 orang dalam dunia ini yang menyayangi Anda dalam beberapa cara.

3. Sebab utama seseorang membenci Anda adalah karena dia ingin menjadi seperti Anda.

4. Senyuman dari Anda boleh membawa kebahagiaan kepada seseorang, walaupun dia tidak menyukai Anda.

5. Setiap malam ada seseorang mengingat Anda sebelum dia tidur.

6. Anda amat bermakna dalam hidup seseorang.

7. Kalau bukan karena Anda,seseorang itu tidak akan hidup bahagia.

8. Anda seorang yang istimewa dan unik.

9. Seseorang yang Anda tidak ketahui menyayangi Anda.

10. Apabila Anda membuat kesalahan yang sangat besar, ada hikmah dibaliknya.

11. Sekiranya Anda merasa dipinggirkan, pikirkan dahulu; mungkin Anda yang meminggirkan mereka.

12. Apabila Anda berpikir tidak mempunyai peluang untuk mendapatkan sesuatu yang Anda ingini, mungkin Anda tidak akan memperolehnya, tetapi jika Anda percaya pada diri sendiri lambat laun Anda akan memperolehnya.

13. Kenanglah segala pujian yang Anda terima. Lupakan segala caci maki.

14. Jangan takut untuk meluapkan perasaan Anda; Anda akan merasa senang bila seseorang mengetahuinya.

15. Sekiranya Anda punya sahabat baik, ambillah waktu untuk memberitahunya bahwa dia adalah yang terbaik. Hanya semenit diperlukan untuk mendapat sahabat baik, sejam untuk menghargainya, sehari untuk teman tetap paling setia. Walaupun punya harta yang banyak, teman tetap paling berharga.

NB:
Emang bener, kalo opini-opini diatas tidak akan 100% sama dgn situasi dan kondisi kita, tapi ambillah hikmahnya, dan improvisasikanlah kedalam kehidupanmu... suatu saat pasti ada gunanya... percayalah...

source is from my pal's bulbo in friendster.

Rabu, 24 Juni 2009

thekupu: Wanita Embrio


Sudahkah saya paparkan, kawan? Sudah? Ah masa iya? Yakin, sudah? Coba kasi liat di mana? Memang tidak ada, kawan. Baru sedikit saja. Baru sebaris, berbunyi: diary365metamorphoself. Hadiah untuk saya sendiri, pada tanggal 8 Oktober 2007.

Sudah lama ya, kawan... As the title, bukunya berjudul: diary. Yah, ia adalah sebuah diary. But as the additional title: 365metamorphoself. Isinya adalah serangkaian penuh kalimat motivasi, agar saya tak lupa tujuan hidup yang takkan pernah saya temui penghujungnya di dunia ini: Berubah, Menjadi Lebih Baik, dan Sesuai Jati Diri.

Ah, kenapa tiada penghujungnya, kawan? Baiklah, akan saya paparkan, dari kacamata seorang wanita yang beraniberaninya menyatakan dirinya sebagai wanita, padahal ia masih embrio kecil yang selalu inginkan cahaya semangat itu terus mengalir dalam tiap denyut nadinya.



Tiada penghujung, kecuali setelah saya tak lagi hirup udara segara dari kebun kenikmatan di dunia ini. Taman Bunga. Mari sesekali datang ke sana. Lihatlah, sepasang sayap indah, lembut, berwarna-warni. Ah, cantik sekali bunga-bunganya. Makhluk kecil lucu yang punya sayap itu, juga lucu sekali. Cantik. Mulut mungilnya menghisap madu, pelan-pelan, lembut, tidak tergesa-gesa. Wanita embrio ini masih mengaguminya, sampai di penghujung hidupnya. Bentuknya indah, ya kawan. Ah, tapi apa itu yang ada di daun? Menjijikkan.


Wanita embrio terus memperhatikan. Kecil, menjijikkan. Minutes to minutes, hours to hours, days to days, wanita embrio terus memperhatikan sampai terkadang tertidur kelelahan. Untung saja hanya tertidur. Allah Maha Penyayang, memberi kesempatan kepada wanita embrio untuk menyaksikan dengan matanya sendiri *walaupun makin hari minusnya sepertinya semakin menjadi*, sebuah keajaiban dunia tingkat tinggi: ulat itu hilang lenyap pergi, berpuasa sekian hari, menjelma menjadi kupukupu cantik!

Ah, rupanya kupukupu cantik itu dulunya menjijikkan! Wanita embrio semakin terpana. Subhanallah. Sabar sekali ulat kecil menjijikkan itu. Larva, kepompong, imago. Proses nimfanya juga, membuatnya cantik luar biasa, meskipun wanita embrio itu mengerti, pembesaran dan pergantian kulit di proses nimfa, luar biasa sakitnya. Tapi imagonya sungguh indah! Cantik, mempesona.

Wah, ulat kecil menjijikkan itu barangkali sudah belajar tentang tiga hal: Berubah, Lebih Baik, dan Jati Diri. Wanita embrio itu mulai berfikir. She is contemplating. "Harus sampai kapan menjadi embrio?". Ah, tapi sejenak ia teringat katakata Jalaluddin Rumi: Bergeraklah seperti embrio! Kembangkan pancaindra yang dapat melihat cahaya. Matangkan dalam dunia-rahim ini, dan persiapkan untuk kelahiran keduami dari dunia menuju ketakterhingaan.

Wanita embrio terdiam, menarik nafas perlahan, tersadar. Rupanya ia mendapat selintas cahaya! Ah, sayang sekali hanya selintas. "Tak bisakah ia melintas sekali lagi?" harap wanita embrio dalam hati. Wanita embrio terus menanti. Menanti dalam ketidaksadarannya, menanti dalam kelenaannya akan dunia, menanti dalam kasih sayang Allah Pembolak balik hati, terus menanti, tak pernah berhenti.

Rekayasa Allah SWT selalu indah, tak pernah salah, dan pasti penuh berkah. Itulah sebabnya, mengapa wanita embrio selalu menanti, menanti sampai ia mati. Takkan berhenti dan tak ingin berkata kalah. Takkan peduli gejolak ombak. Takkan hiraukan gemulai badai. Takkan berhenti, meskipun tiada penghujung di dunia ini.

Penantian dalam begitu banyak keterbatasan, demi 3 kata: Berubah, Lebih Baik, Jati Diri. Ah, siapa sebenarnya mereka, 3 kata itu? Mengapa mereka begitu diinginkan oleh si wanita embrio? Lalu, apa hubungannya dengan pengembangan pancaindra untuk melihat cahaya? Mengapa wanita embrio begitu ingin mematangkannya dalam dunia-rahim demi kelahiran kedua? Baik, kita simak setelah yang berikut ini *eh, ini postingan versi serius, dini! Jangan maen-maen!*

Baiklah, baiklah... Mari kita mulai, mencari tau terlebih dahulu, siapakah atau apakah yang sesungguhnya dinantikan oleh sang wanita embrio.



Mari mulai dengan kata: BERUBAH.

Tak ada yang akan memberikan sangkalan pada pernyataan bahwa semua orang pasti berubah. Bahkan telah diyakini, tak ada yang abadi di dunia ini kecuali perubahan itu sendiri. Pun, begitu dengan apa yang terjadi pada wanita embrio. Kedua matanya yang ikut menantikan cahaya, melihat dengan baik fakta ini, dan tak kuasa untuk tak menjadi dewasa dengan cara menolaknya. Itu fakta, kan kawan? Bukankah akan menjadi sangat tidak dewasa ketika sang wanita embrio menolak fakta bahwa segala sesuatu pasti berubah? Itulah sebabnya, sang wanita embrio menanti perubahan, pada dirinya, pada hidupnya, di semua lini.

Mari lanjutkan dengan kata: LEBIH BAIK.

Sang wanita embrio sangat sakit sekali. Sungguh sakit ketika ditampar, dibangunkan dengan kasar, dan dilemparkan ke tepi istana penuh singgasana. Terlempar, tapi terbangun sadar! Pantaslah saya ditampar! Rupanya, perubahan yang saya agungagungkan waktu lalu, tidak berjalan sesuai dengan filosofi perubahan bayi. Wanita embrio kemudian menyimak sebuah suara: ada tangisan, ada ucapan terbatabata berbunyi "Umi umi, abi abi, mama mama, papa papa" yang menggemaskan hati, ada teriakan riang di tengah lapangan rumput hijau, hingga kegelisahan suara remaja untuk berbelok ke kanan atau ke kiri. Wanita embrio tersadar oleh suarasuara itu. "Tamparan tadi pastilah karena perubahanku terjadi tak mengarah pada sebuah kemajuan", ujar wanita embrio, melanglang buana jauh ke dalam hati. Rupanya, tamparan itu sangat tepat hari ini. Wanita embrio mulai paham, bahwa perubahan saja tidak cukup. Harus dilengkapi dengan kata: Lebih Baik. Maka, tertatihlah wanita embrio berjalan, menuju perubahan yang lebih baik.

Mari, akhiri ia dengan kata: Jati Diri.

Wanita embrio mulai merisau lagi. Sudah hampir lelah berjalan, mencaricari cahaya, yang pelanpelan mulai tiba di hatinya, tapi kenapa masih saja merisau? Cari apalagi, wahai wanita embrio? Perjalanannya sudah benar, tujuannya sudah ada, meskipun pasti nanti akan dihalangi dan terhalangi beragam bentuk duri. Duri itukah yang membuat risau? Ah, tidak rupanya. Wanita embrio melihat, sebuah tanda besar setinggi cakrawala: Jati Diri. Apa lagi itu? Dalam perjalanannya, wanita embrio hanya melihat beberapa buah pohon berjejer, dan ada label: POHON JATI. Apakah ia semacam pohon?

Lantas, lexical otak sang wanita embrio mulai bergerak. Otaknya berputar pada porosnya. Apa hubungannya perubahan yang lebih baik dengan sebuah pohon? Ia pun mencaricari, apa itu jati. Eureka! Jati, berasal dari kata sejati, rupanya. Sejatining Diri. Jati diri. Diri yang sejati. Diri yang bukan tiruan. Diri yang tak dibuatbuat. Yang paling penting: Diri yang pas dengan sang wanita embrio. Ya! EUREKA! Itu dia jati diri!!

Wanita embrio kini tersenyum, senyuman sangat manis sekali. Senyuman yang membuat orang di sekelilingnya tersenyum pula. Bahkan, senyuman yang membuat mereka yang belum menemukan jati diri pun tersenyum. Mereka saling bertanya: apakah wanita embrio sudah menemukan jati dirinya? Wanita embrio kemudian mengajak mereka menonton sebuah film berjudul Means Girl. Dengan diplomatis, dipaparkannya seorang tokoh bernama Cady Heron yang bermetamorfosis dari gadis lugu menjadi gadis populer. Dengan runtut, diceritakannya bahwa proses Cady dalam kisah itu, tak dibarengi dengan prinsip be yourself. Diperlihatkannya langsung melalui film itu, Cady dijauhi teman-temannya dan merasa tak nyaman dengan diri Cady yang baru.

Sanguinis, koleris, melankolis, plegmatis. Wanita koleris sudah selesai menonton film, dan sekarang sedang berada di perpustakaan. Ia mengobservasi 4 kalimat menarik itu. Sanguinis, dengan ciri khasnya. Koleris, dengan ciri khasnya. Melankolis, dengan ciri khasnya. Plegmatis, dengan ciri khasnya. Jantung sang wanita embrio berdegup sangat kencang ketika sampai pada bab Sanguinis. "Ah, kenapa penulis buku ini membicarakan diri saya?", tanya wanita embrio dalam hati. Sedikit degupan juga dirasakan ketika wanita embrio menelaah bab Koleris, Melankolis, dan Plegmatis. Wanita embrio kembali tersenyum, senyuman manis, sungguh sangat manis. Rupanya di sana ia berada. There she is, with fully creamy smile.

Cukupkah sebegitu? Wanita embrio masih merasa kurang. Ia sekarang mencari cara untuk mengintegralkan 4 kalimat yang ada dalam bab buku tadi. Tujuannya adalah agar integrasi mereka bermuara pada rangkaian kalimat indah: Berubah menjadi Lebih Baik dan sesuai dengan Jati Diri. Wanita embrio sekarang tersenyum lagi, sambil bertanya dalam hati: "Sudahkan aku temukan yang aku cari?"
 

Sharing idea. Sharing things. Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon blogger template for web hosting Flower Image by Dapino