Kamis, 17 Januari 2013

Tugas Kita untuk Berbaik Sangka


Dikisahkan tentang seekor keledai tua, milik seorang petani tua, yang terperosok ke dalam sebuah sumur tua.

Ah, hari sudah sore.. Sumur itu gelap sekali. Petani itu begitu menyayangi keledainya, sahabat perjuangannya selama belasan tahun menyambung hidup. Maka dicobanya segala cara untuk mengeluarkan sang keledai.

Mula-mula dengan tali. Diulurkannya ke bawah. Diteriakinya sang keledai agar menggigit tali itu. Ditariknya. Dan gagal. Lalu dibuatnya simpul laso. Diulurkannya ke bawah lagi. Diserunya sang keledai masuk ke laso. Ditariknya. Berat. Dan sang keledai berseru-seru serak. Oh itu lehernya terjerat. Gagal lagi. Dicobanya segala cara dengan tali. Dan ia gagal. Merasa tak berguna..

Lalu dicobanya mengulurkan sebatang bambu. "Jepitlah bambu ini dengan kaki-kakimu!", teriaknya. Ditariknya lagi. Dan nihil. Segala cara bambu. Dan semuanya nihil hasil. Dicobanya pula balok-balok kayu. Dengan segala rekadaya. Dan ia makin lelah. Dan harapnya makin menguap. Merembes keluar dari jiwa bersama keringat yang mengkuyupi pakaiannya.

Matahari makin rendah di barat sana, hari kian menyenja. Dan sang petani telah mengambil keputusan bersama keputusasaannya­­­. Ia akan menimbun sang keledai. Biarlah si keledai tua beristirahat di sana. Rehat yang tenang setelah belasan tahun pengabdian. Biarlah.. "Keledaiku tersayang.. Terimakasih atas persahabatan kita. Kini saatnya engkau beristirahat. Istirahatlah dengan tenang.." Matanya basah. Dadanya sesak. Tangisnya tertahan. Tapi dia mulai mengayunkan cangkul. Setimbun demi setimbun tanah meluncur ke dasar sumur.

Si keledai marah ketika segenggam tanah pertama mengenai punggungnya. Tapi makin lama, ia tahu apa yang harus dilakukannya. Ia mengangkat kakinya, naik ke atas tiap timbun tanah yang jatuh di dekat kakinya. Kadangkala ia harus bergerak ke tepi, menghindari guyuran tanah dari atas. Atau menggoyang tubuhnya hebat-hebat, agar tanah yang menimpa punggung gugur ke bawah. Tapi ia terus naik. Tiap kali ada tanah jatuh, ia naik ke atasnya. Begitu terus..

Hingga senja sempurna menjadi malam. Dan sang petani yang bersedih mengira ia telah sempurna menguburkan keledai kesayangannya. Dalam lelah, dalam payah, dalam duka yang menyembilu hati ia berbaring di samping sumur. Sejenak memejamkan mata, menghayati gemuruh dalam dadanya. Dan saat itulah, sang keledai meloncati tubuhnya dengan ringkikan bahagia, keluar dari sumur tanpa kurang suatu apa.

Tugas kita adalah berbaik sangka. Bahwa yang seringkali kita anggap sebagai musibah, seringkali bukanlah musibah itu sendiri. Bahwa yang seringkali kita anggap sebagai penderitaan, bisa jadi adalah pertolongan Allah dari jalan yang tak kita sangka-sangka.

Tugas kita adalah berbaik sangka. Terutama padaNya.

Tugas kita adalah berbaik sangka. Juga pada manusia.

Sebagaimana bahwa semua orang yang menyakiti, menganiaya, melecehkan, dan menzhalimi diri ini adalah guru bagi kita. Guru yang sejati.

Bukan karena mereka orang-orang bijak. Tapi karena kitalah yang sedang belajar untuk menjadi bijak..

Tugas kita adalah berbaik sangka. Juga pada diri kita ini. Sebagaimana ketika kita menarik seseorang dalam kehidupan kita, tentu tujuannya bukanlah untuk memerinci kesalahan-kesal­­­ahannya..

Dalam surah Al-Hujurat Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan orang-orang mukmin untuk tidak saling berburuk sangka:

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa." (Qs. Al-Hujurat [49]:12)

Dari Abu Hurairah ra.: Bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: Hindarilah oleh kamu sekalian berburuk sangka karena buruk sangka adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kamu sekalian saling memata-matai yang lain, janganlah saling mencari-cari aib yang lain, janganlah kamu saling bersaing (kemegahan dunia), janganlah kamu saling mendengki dan janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling bermusuhan tetapi jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. (Shahih Muslim No.4646)

Imam Ali As berkata: "Selama kamu bisa berbaik sangka kepada saudaramu atas ucapan dan perbuatannya, maka janganlah berburuk sangka." (Kulaini, Muhammad bin Ya'qub, al-Kâfi, jil. 2, hal. 362, Hadits 3, Dar al-Kutub al-Islamiah, Teheran, 1365 )

وَاللّهُ أعلَم بِالصَّوَاب

Disalin dari fp Apple

Senin, 14 Januari 2013

The Many Emotions for Which English Has No Words


Written by Megan Garber


You know that sorry state of affairs that is actually looking worse after a haircut? Or the urge to squeeze something that is unbearably cute? Or the euphoria you feel when you're first falling in love?

These are common things -- so common that they're among the wonderfully delightful and excruciatingly banal experiences that bind us together as humans. And yet they are not so common, apparently, that the English language has found words to express them. The second-most-spoken language in the world, as a communications system, sometimes drops the ball when it comes to de-idiomizing experience -- a fact that we are reminded of anew in the image above. 

The infographic (full-size version here), created by design student Pei-Ying Lin, visualizes the relationship between a selection of foreign emotion-words and English ones. Depicted in the chart, which is published in PopSci, are five basic emotions (the large, yellow circles), along with several descriptive words related to each of those umbrella emotions (the smaller, green circles). Lin used descriptions from several-language-speaking sources to place foreign words -- the terms for which English has no synonyms, as depicted with large, red circles -- on the map, resulting in an emotion-constellation that is so delightful, it may well inspire in you some gigil (Filipino: roughly, "the urge to squeeze the cute"). 

While Lin's graphic is fantastic, however, it is also incomplete: There are many, many more conditions out there that English has failed to find words for. Which made me curious: What are those conditions, exactly? What are some other emotions and situations for which the grand technology of the English language has proven inadequate? 

Here, selected from the blog So Bad So Good, are some of my favorites:

Age-otori (Japanese): To look worse after a haircut

Arigata-meiwaku (Japanese): An act someone does for you that you didn't want to have them do and tried to avoid having them do, but they went ahead anyway, determined to do you a favor, and then things went wrong and caused you a lot of trouble, yet in the end social conventions required you to express gratitude

Backpfeifengesicht (German): A face badly in need of a fist

Forelsket (Norwegian): The euphoria you experience when you are first falling in love

Gigil (pronounced Gheegle; Filipino): The urge to pinch or squeeze something that is unbearably cute

Litost (Czech): A state of torment created by the sudden sight of one's own misery

Manja (Malay): "To pamper," it describes gooey, childlike, and coquettish behavior by women designed to elicit sympathy or pampering by men

Pena ajena (Mexican Spanish): The embarrassment you feel watching someone else's humiliation

Sgriob (Gaelic): The itchiness that overcomes the upper lip just before taking a sip of whisky

Tatemae and Honne (Japanese): What you pretend to believe and what you actually believe, respectively

Tingo (Pascuense language of Easter Island): To borrow objects one by one from a neighbor's house until there is nothing left

Waldeinsamkeit (German): The feeling of being alone in the woods

But my personal favorite -- only because I have occasion to use it approximately 10 times a day -- is this:

L'esprit de l'escalier (French): Usually translated as "staircase wit," the act of thinking of a clever comeback when it is too late to deliver it

Source: The Atlantic

Sabtu, 12 Januari 2013

Keep Calm and Say It Plainly



Ever since I first read an ancient edition of Ernest Gowers' book on plain English about fifteen years ago, I've tried to put his guidelines into practice whenever I write. I don't always get it right – I'm sure you'll catch me out in this piece of writing – but I always try.

What is plain English, and why should you use it?
Simply put, plain language is language that's easy for the reader to understand. These two quotes from authorities in the field explain it better than I can:

'Writing is an instrument for conveying ideas from one mind to another; the writer's job is to make the reader apprehend his meaning readily and precisely.' – Sir Ernest Gowers in The Complete Plain Words (1954).
 'Plain English refers to the writing and setting out of essential information in a way that gives a co-operative, motivated person a good chance of understanding it at first reading, and in the same sense that the writer meant it to be understood.' – Martin Cutts in Oxford Guide to Plain English (2004).
With these definitions in mind, the second part of the question (WHY plain English?) is perhaps already answered. When you write something, you usually want the person who reads it to understand it perfectly. There are exceptions, but we'll look at these in another post.

When should you use plain English?
It's nearly always important to get your meaning across clearly, but sometimes it's vital (that is, 'essential, absolutely necessary'), such as when you write instructions that could lead to damage, injury, death, financial loss, and so on, if your reader is unable to understand you.

Somewhat less dramatically, if you want your reader to do what you tell them to do (or feel the way you want them to feel) when they read what you've written, you should use plain language.

Some rules for writing plain English
I like the six rules that George Orwell set out for writing English in his essay "Politics and the English Language" (1946). I've quoted Orwell's rules below, with some of my own notes and further information for each.

1. Never use a metaphor, simile, or other figure of speech which you are used to seeing in print.
Avoiding stilted writing of this kind can be difficult, but if you succeed it will keep your writing fresh, and force you to think more carefully about what you're trying to say – which is usually a good thing.
You can read our blog post on avoiding clichés for further help with this.

2. Never use a long word where a short one will do.
On my regular bus to and from Oxford, there's a row of fold-up seats near the front. On the bottom of each seat, a notice reads 'PLEASE NOTE THAT THIS SEAT WILL FOLD UP AUTOMATICALLY WHEN VACATED'. While this isn't the worst example of unnecessarily long or unfamiliar words used in public notices that I've seen, the last word always jars my plain-English senses. 'When vacated' here is an offical-sounding way of saying 'when you get up'. This is important to understand if you're planning to get up to press the bell … and sit back down. 'When vacated' also breaks rule 4 below – it doesn't say who does the 'vacating'.

I'd want to reword the notice as something like:
Be careful! When you get up, this seat will fold up automatically.

I don't object to the longer word 'automatically' in this sentence. The writer could have used 'by itself', but 'automatic' is a fairly common word (also used for 'automatic doors', and so on).

3. If it is possible to cut a word out, always cut it out.
This rule is about cutting out verbiage. You can find examples and guidance on the subject of avoiding redundant expressions on the Oxford Dictionaries blog.

4. Never use the passive where you can use the active.
This could be a blog post in itself, but for now, these are the basics:

An active verb has a subject which is performing the action of the verb, for example:
The teenagers fixed the fence.

['Fixed' is the verb. 'The teenagers' are the subject – they were doing the fixing. Good for them!]

A passive verb has a subject which is undergoing the action of the verb, rather than carrying it out, for example: The fence was fixed.
[…but we don't know who did it. The fence didn't do anything. It just stood there, passively, being a fence, while being fixed by a hidden hand.]

Martin Cutts amends Orwell's rule to 'Prefer the active voice unless there's a good reason for using the passive', and devotes a short, very useful chapter to this in the Oxford Guide to Plain English.

In short, if you know who the 'do-er' or subject in the sentence is, it's better to name this person or thing and rewrite the sentence in the active voice (in other words, make the 'do-er' the subject of the sentence). So rather than saying:

These mistakes should be rectified at your soonest convenience.

You could perhaps say:
You should correct these mistakes as soon as you can.

You'll notice I've also changed 'rectified' and 'at your soonest convenience'. The first is, to my ear, a less familiar and therefore less readily understood word for 'correct' or even 'fix'. The second, 'at your soonest convenience' is one of those stale, wordy phrases that have lost their flavour, and should be stamped out if you spot them.

5. Never use a foreign phrase, a scientific word, or a jargon word if you can think of an everyday English equivalent.
Jargon, by definition, is the opposite of plain English. Jargon is 'special words or expressions used by a profession or group that are difficult for others to understand'. This post on the Oxford Dictionaries blog looks at some of the worst examples of corporate jargon.

It's important to avoid jargon when you're talking to people outside of your field, or writing documents or instructions for public use. Of course, it can sometimes be appropriate to use less-than-plain language in your work or studies. For example, if you're writing an article on a scientific topic for a journal, you can't (and shouldn't) avoid using longer words and phrases that aren't familiar to everybody. If you're a Marketing Executive and you're writing a report for your Marketing Manager, you could probably use terms and phrases that are specific to your department or specialism, safe in the knowledge that your reader will understand the meaning you want to get across. You can write 'devise strategies to drive institutional subscription usage' as shorthand for 'come up with a few different ways to help librarians to encourage their patrons to use the online services that the libraries have paid for more frequently'.

However, if you are going to use this kind of language, make sure you know the meaning of any specialist terms, long words, or jargon you use, and use these correctly, and as sparingly as you can.

6. Break any of these rules sooner than say anything outright barbarous.
It's been some time since I read the whole essay, but I think this is Orwell's way of saying that common sense should always have a place in your writing!

If you want to improve your English, these rules could be a good starting point; but more recent and more detailed rules and guidelines for writing plain English are also available, including the Oxford Guide to Plain English.

For me, the golden rule is: think about your readers, and don't make them work too hard. When you follow that rule, you will find yourself striving to get your meaning across effectively, and doing the hard work of writing plainly yourself, rather than risk confusing your readers.

Source: Oxford Blog 

Selasa, 08 Januari 2013

Pemimpin Yahudi ini Masuk Islam, Karena Masa Iddah Perempuan


Seorang pakar genetika Robert Guilhem mendeklarasikan keislamannya setelah terperangah kagum oleh ayat-ayat Al-Quran yang berbicara tentang iddah (masa tunggu) wanita Muslimah yang dicerai suaminya seperti yang diatur Islam.

Guilhem, pakar yang mendedikasikan usianya dalam penelitian sidik pasangan laki-laki baru-baru ini membuktikan dalam penelitiannya bahwa jejak rekam seorang laki-laki akan hilang setelah tiga bulan.

Guru besar anatomi medis di Pusat Nasional Mesir dan konsultan medis, Dr. Abdul Basith As-Sayyid menegaskan bahwa pakar Robert Gelhem, pemimpin yahudi di Albert Einstain College dan pakar genetika ini mendeklarasikan dirinya masuk Islam ketika ia mengetahui hakikat empiris ilmiah dan kemukjizatan Al-Quran tentang penyebab penentuan iddah (masa tunggu) perempuan yang dicerai suaminya dengan masa 3 bulan.

Ia menambahkan, pakar Guilhem ini yakin dengan bukti-bukti ilmiah. Bukti-bukti itu menyimpulkan bahwa hubungan persetubuan suami istri akan menyebabkan laki-laki meninggalkan sidik (rekam jejak) khususnya pada perempuan.

Jika pasangan ini setiap bulannya tidak melakukan persetubuhan maka sidik itu akan perlahan-lahan hilang antara 25-30 persen. Setelah tiga bulan berlalu, maka sidik itu akan hilang secara keseluruhan. Sehingga perempuan yang dicerai akan siap menerima sidik laki-laki lainnya.

Bukti empiris ini mendorong pakar genetika Yahudi ini melakukan penelitian dan pembuktian lain di sebuah perkampungan Afrika Muslim di Amerika. Dalam penelitiannya ia menemukan bahwa setiap wanita di sana hanya mengandung dari jejak sidik pasangan mereka saja.

Sementara penelitian ilmiah di sebuah perkampungan lain di Amerika membuktikan bahwa wanitanya yang hamil memiliki jejak sidik beberapa laki-laki dua hingga tiga. Artinya, wanita-wanita non Muslim di sana melakukan hubungan intim selain pernikahan yang sah.

Yang mengagetkan sang pakar ini adalah ketika dia melakukan penelitian ilmiah terhadap istrinya sendiri. Sebab ia menemukan istrinya memiliki tiga rekam sidik laki-laki alias istrinya berselingkuh. Dari penelitiannya, hanya satu dari tiga anaknya saja berasal dari dirinya.

Setelah penelitian-penelitian yang dilakukan ini akhirnya meyakinkan sang pakar Guilhem ini memeluk Islam. Ia meyakini bahwa hanya Islamlah yang menjaga martabat perempuan dan menjaga keutuhan kehidupan sosial. Ia yakin bahwa wanita Muslimah adalah wanita paling bersih di muka bumi ini.


Sumber : atjehcyber.net/2012/08/pemimpin-yahudi-ini-masuk-islam-karena.html#ixzz2HHeIhDBX

وَاللّهُ أعلَم بِالصَّوَاب

Senin, 07 Januari 2013

Berjilbab itu Sehat



SAINS MEMBUKTIKAN BERJILBAB ITU SEHAT

Mengenakan jilbab atau kerudung bagi muslimah merupakan pelindung kulit yang paling ampuh, bahkan melebihi keampuhan SPF-15. "Penelitian itu saya lakukan tahun 2001," kata Pegiat di Yayasan "Kita dan Buah Hati" dr Dewi Inong Irana, Sp.KK melalui pernyataan Humas Institut Pertanian Bogor, Sabtu. Menurut dokter yang sejak tahun 1983 memakai busana Muslimah secara sempurna itu, seiring dengan bertambahnya usia maka akan terjadi perubahan kulit pada perempuan.

Ia menjelaskan, perubahan kulit tersebut di antaranya kelembaban dan kolagen berkurang, kulit menjadi kering, timbul kerut dalam otot, perubahan warna dan regenerasi sel kulit melambat. "Jadi, kaum ibu juga perlu memperhatikan faktor perusak kulit yakni sinar ultra violet, rokok, alkohol, kosmetik mengandung bahan kimia berbahaya, garam, gizi tidak seimbang dan stres," katanya.

Dikemukakannya bahwa salah satu cara menjaga kulit adalah menghindari sinar matahari, mengoleskan pelembab, makan makanan gizi seimbang, cukup istirahat, olah raga teratur, hindari stres dan rawat kulit secara teratur.

Kemudian dari situs stunninghijab.com membagikan berbagai manfaat kesehatan berdasarkan beberapa penelitian ilmiah yang ada.

RADIASI MATAHARI
Seperti yang telah diketahui, sinar ultraviolet matahari dinilai berbahaya jika mengenai kulit dalam waktu tertentu. Berbagai masalah kesehatan akibat sinar UV tersebut antara lain adalah kulit keriput, kerusakan mata, hingga kanker kulit.

Para ahli kesehatan kemudian memperingatkan orang-orang untuk menggunakan sunblock demi melindungi kulit mereka. Namun saran terbaik sebenarnya adalah memakai pakaian yang menutupi seluruh tubuh. Sebagai informasi tambahan, pakaian yang terang dan gelap cenderung mampu merefleksikan sinar UV daripada pakaian yang berwarna pastel.

Udara panas
Hampir sama seperti matahari, udara panas juga membawa dampak buruk bagi kesehatan, khususnya pada otak. Jadi ketika udara sedang sangat panas dan seseorang harus keluar rumah, ahli kesehatan menyarankan untuk memakai pakaian yang bisa melindungi diri. Terutama pada bagian mata, kepala, dan leher untuk mengurangi risiko kesehatan yang menyerang otak.

Udara dingin
Tubuh yang terkena suhu dingin terlalu lama akan membuat seseorang menderita demam, flu, rasa ngilu, dan gemetaran pada tubuh. Tes kesehatan kemudian membuktikan bahwa 40-60 persen panas tubuh menurun akibat udara yang terlalu dingin. Sehinga orang-orang disarankan menutup kepala dan tubuhnya dengan pakaian tebal demi menjaga panas tubuh tersebut.

Higienis
Sementara itu, untuk pekerjaan tertentu, ada peraturan menutup kepala demi menjaga kebersihan di lingkungan pekerjaan. Misalnya perawat, pekerja di restoran cepat saji, klinik, dan yang lainnya. Penutup kepala diharapkan bisa mencegah kontaminasi dan penyebaran virus maupun infeksi.

Itulah berbagai manfaat kesehatan dari memakai hijab. Jika Anda juga salah seorang yang menggunakannya, sebaiknya jaga kesehatan rambut meskipun sepanjang hari kepala selalu tertutup dengan hijab.

ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala memerintahkan sesuatu pasti ada manfaatnya untuk kebaikan manusia. Dan setiap yang benar-benar manfaat dan diperlukan manusia dalam kehidupannya, pasti disyariatkan atau diperintahkan oleh-Nya. Diantara perintah Allah itu adalah berjilbab bagi wanita muslimah. Berikut ini beberapa manfaat berjilbab menurut Islam dan ilmu pengetahuan.

1. Selamat dari adzab Allah (adzab neraka)
"Ada dua macam penghuni neraka yang tak pernah kulihat sebelumnya; sekelompok laki-laki yang memegang cemeti laksana ekor sapi, mereka mencambuk manusia dengannya. Dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang, sesat dan menyesatkan, yang dikepala mereka ada sesuatu mirip punuk unta. Mereka (wanita-wanita seperti ini) tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya. Sedangkan bau surga itu tercium dari jarak yang jauh" (HR. Muslim).

Imam An-Nawawi ra. menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan "Wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang" ialah mereka yang menutup sebagian tubuhnya dan menampakkan sebagian lainnya dengan maksud menunjukkan kecantikannya.

"Wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang" ialah mereka yang menutup sebagian tubuhnya dan menampakkan sebagian lainnya dengan maksud menunjukkan kecantikannya.

2. Terhindar dari pelecehan
Banyaknya pelecehan seksual terhadap kaum wanita adalah akibat tingkah laku mereka sendiri. Karena wanita merupakan fitnah (godaan) terbesar. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW,

"Sepeninggalku tak ada fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita." (HR. Bukhari).

Jikalau wanita pada jaman Rasul merupakan fitnah terbesar bagi laki-laki padahal wanita pada jaman ini konsisten terhadap jilbab mereka dan tak banyak lelaki jahat saat itu, maka bagaimana wanita pada jaman sekarang? Tentunya akan menjadi target pelecehan. Hal ini telah terbukti dengan tingginya pelecehan di negara-negara Eropa (wanitanya tidak berjilbab).

3. Memelihara kecemburuan laki-laki
Sifat cemburu adalah sifat yang telah Allah SWT tanamkan kepada hati laki-laki agar lebih menjaga harga diri wanita yang menjadi mahramnya. Cemburu merupakan sifat terpuji dalam Islam.

"Allah itu cemburu dan orang beriman juga cemburu. Kecemburuan Allah adalah apabila seorang mukmin menghampiri apa yang diharamkan-Nya." (HR. Muslim).

Bila jilbab ditanggalkan, rasa cemburu laki-laki akan hilang. Sehingga jika terjadi pelecehan tidak ada yang akan membela.

4. Akan seperti bidadari surga

"Dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang menundukkan pandangannya, mereka tak pernah disentuh seorang manusia atau jin pun sebelumnya." (QS. Ar-Rahman: 56).
"Mereka laksana permata yakut dan marjan."(QS.Ar Rahman: 5).
"Mereka laksan telur yang tersimpan rapi."(QS.Ash Shaffaat: 49).
Dengan berjilbab, wanita akan memiliki sifat seperti bidadari surga. Yaitu menundukkan pandangan, tak pernah disentuh oleh yang bukan mahramnya, yang senantiasa dirumah untuk menjaga kehormatan diri. Wanita inilah merupakan perhiasan yang amatlah berharga. Dengan berjilbab, wanita akan memiliki sifat seperti bidadari surga.

5. Mencegah penyakit kanker kulit
Kanker adalah sekumpulan penyakit yang menyebabkan sebagian sel tubuh berubah sifatnya. Kanker kulit adalah tumor-tumor yang terbentuk akibat kekacauan dalam sel yang disebabkan oleh penyinaran, zat-zat kimia, dan sebagainya.

Oleh karena itu, cara untuk melindungi tubuh dari kanser kulit adalah dengan menutupi kulit. Salah satunya dengan berjilbab. Karena dengan berjilbab, kita melindungi kulit kita dari sinar UV. Melindungi tubuh bukan dengan memakai kerudung gaul dan baju ketat. Kenapa? Karena hal itu percuma saja. Karena sinar UV masih bisa menembus pakaian yang ketat apalagi pakaian transparan. Berjilbab disini haruslah sesuai kriteria jilbab.

6. Memperlambat gejala penuaan
Penuaan adalah proses alamiah yang sudah pasti dialami oleh semua orang yaitu lambatnya proses pertumbuhan dan pembelahan sel-sel dalam tubuh. Gejala-gejala penuaan antara lain adalah rambut memutih, kulit keriput, dan lain-lain.

Penyebab utama gejala penuaan adalah sinar matahari. Sinar matahari memang penting bagi pembentukan vitamin Dyang berperan penting terhadap kesehatan kulit. Namun, secara ilmiah dapat dijelaskan bahwa sinar matahari merangsang melanosit (sel-sel melanin) untuk mengeluarkan melanin, akibatnya rusaklah jaringan kolagen dan elastin. Jaringan kolagen dan elastin berperan penting dalam menjaga keindahan dan kelenturan kulit.

Krim-krim pelindung kulit pun tidak mampu melindungi kulit secara total dari sinar matahari. Sehingga dianjurkan untuk melindungi tubuh dengan jilbab.

Jilbab adalah kewajiban untuk setiap muslimah. Dan jilbab pun memiliki manfaat. Ternyata tak sekedar membawa manfaat ukhrawi namun banyak juga manfaat duniawinya. Jilbab tak hanya sekedar menjaga iman dan takwa pemakainya, namun juga membuat kulit terlindungi dari penyakit kanker dan proses penuaan.

Ternyata jilbab tak sekedar membawa manfaat ukhrawi namun banyak juga manfaat duniawinya.

Jilbab tak hanya sekedar menjaga iman dan takwa pemakainya, namun juga membuat kulit terlindungi dari penyakit kanser dan proses penuaan.

وَاللّهُ أعلَم بِالصَّوَاب

Minggu, 06 Januari 2013

Rumah itu Hadiah Untukmu


Alkisah, tersebutlah bahwa seseorang bekerja di sebuah perusahaan properti. Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun ia terus bekerja di perusahaan itu. Dan ia "menghabiskan" umurnya di perusahaan itu.

Tanpa terasa, umurnya pun semakin menua, dan pisiknya tidak sekuat dulu lagi, maka ia mengajukan surat pensiun dari perusahaan tersebut.

Pihak perusahaan menerima surat pengajuan pensiunnya dengan satu syarat; hendaklah ia membuat rumah satu unit lagi dan setelah itu ia akan pensiun.

Maka ia pun dengan terburu-buru menyelesaikan "order" terakhir itu, dengan harapan segera menyelesaikannya agar ia segera pensiun.

Karena mengerjakan pembuatan rumah itu dengan terburu-buru, tentu saja kualitas rumah yang dibangunnya tidak sekokoh dan seindah rumah-rumah yang ia bangun sebelumnya.

Setelah pembangunan rumah itu selesai, maka ia pun menyerahkan kunci rumah ke perusahaan tempat ia bekerja.

Tanpa dinyana, pihak perusahaan berkata: "Rumah terakhir itu adalah hadiah perusahaan untuk dirimu".

Seketika lemaslah sekujur tubuh pak tua, betapa tidak, kalau saja ia mengetahui hal itu, tentulah rumah itu akan ia buat sekokoh dan seindah mungkin. Tetapi .. penyesalan memang selalu di belakang, saat seseorang tidak dapat lagi memperbaiki apa yang sudah terjadi.

Begitulah kira-kira kita dengan amal "ukhrawi" kita. Banyak diantara kita yang dalam melaksanakan amalannya dilakukannya secara terburu-buru, tidak itqan, tidak maksimal, kurang memenuhi syarat dan rukun serta adab-adanya, padahal bukankah seluruh amal itu akan menjadi hadiah untuk diri kita?

Bukankah Allah SWT Maha Kaya, sehingga Dia tidak memerlukan amal kita, justru kitalah yang memerlukannya?

Oleh karena itu wahai saudaraku..

Perbaikilah amal kita, lakukan dengan penuh penghambaan kepada Allah SWT, penuhi syarat, rukun dan adab-adabnya, agar kelak menjadi "hadiah" yang kokoh nan indah di akhir kehidupan kita.

(ditulis dari taujih Syekh 'Isham Asy-Syayi')

Jumat, 04 Januari 2013

Iman dan Amal


Iman tidak ada artinya kalau tak berbekas pada amal . Iman yang tak berbekas sama artinya dengan mandul. Dan amalpun tidak pula ada artinya kalau tidak dari dorongan iman. Orang beramal karena mengambil muka kepada sesama manusia, walaupun bagaimanapun baiknya, disebut Riya. Dan riya adalah syirik yang halus. Tidak dapat diterima kalau ada satu masyarakat Islam mengakui beriman dan beragama Islam, padahal tingkah laku dan kebudayaannya bersifat kekafiran. Tidak dapat diterima kalau ada satu negeri penduduknya mayoritas Islam, padahal segala maksiat yang dilarang Islam dibiarkan saja.

– HAMKA -

Kamis, 03 Januari 2013

Jangan Mudah Terpancing Isu


Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar desas-desus yang tidak jelas asal-usulnya. Kadang dari suatu peristiwa kecil, tetapi dalam pemberitaannya, peristiwa itu begitu besar atau sebaliknya. Terkadang juga berita itu menyangkut kehormatan seorang muslim. Bahkan tidak jarang, sebuah negara menjadi kacau balau, hanya karena sebuah berita yang belum tentu benar. Bagaimanakah sikap kita terhadap berita yang bersumber dari orang yang belum kita ketahui kejujurannya ? 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu". [Al Hujurat : 6].

Maksudnya, janganlah kalian menerima (begitu saja) berita dari orang fasik, sampai kalian mengadakan pemeriksaan, penelitian dan mendapatkan bukti kebenaran berita itu.

Dalam ayat ini, Allah melarang hamba-hambanya yang beriman berjalan mengikut desas-desus. Allah menyuruh kaum mukminin memastikan kebenaran berita yang sampai kepada mereka. Tidak semua berita yang dicuplikkan itu benar, dan juga tidak semua berita yang terucapkan itu sesuai dengan fakta. (Ingatlah, pent.), musuh-musuh kalian senantiasa mencari kesempatan untuk menguasai kalian. Maka wajib atas kalian untuk selalu waspada, hingga kalian bisa mengetahui orang yang hendak menebarkan berita yang tidak benar.

Oleh: Yuko Siswanto
Pin  : 2954D02D
Twitter : @yukosiswanto

وَاللّهُ أعلَم بِالصَّوَاب

Rabu, 02 Januari 2013

Perbedaan Penggunaan 'TO' dan 'FOR'


Difference-between-to-and-for

Berikut ini pemaparan jelas tentang perbedaan TO dan FOR dalam kalimat, yang diadaptasi dari sebuah video di YouTube.

TO, selalu digunakan jika terjadi perpindahan (transfer) atau pertukaran (exchange) sesuatu dalam kalimat. Jadi, jika Anda ingin mentransfer atau mempertukarkan sesuatu makan digunakan TO.

FOR, selalu digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat atau baik untuk orang yang bersangkutan. Bermanfaat berarti sesuatu yang baik. Jadi jika anda ingin melakukan sesuatu untuk seseorang dengan cara yang baik, maka digunakan FOR.

Sebagai contoh:

I made this lesson ….. you.

Pada contoh ini, saya membuat/menyusun pelajaran. Apakah pelajaran ini baik untuk anda? Ya, pastinya. Jadi, karena ini merupakan sesuatu yang baik dan akan bermanfaat bagi anda, maka kita gunakan FOR.

I made this lesson for you.

Contoh selanjutnya:

I gave the book …. her.

Pada contoh ini, saya sedang memegang sebuah buku, dan saya akan memberikannya kepada seseorang. Jadi, sebenarnya saya sedang mentransfer sesuatu. Karena dalam kalimat ini terjadi transfer/pertukaran, maka digunakan TO.

I gave the book to her.

Contoh lainnya:

I’m going to talk …. you.

Pada contoh ini, ketika berbicara apa yang kita lakukan? Kita mentransfer informasi, sehingga pada contoh ini digunakan TO.

I’m going to talk to you.

Contoh berikutnya:

I will do that …. you.

Jika saya akan melakukan sesuatu untuk anda, maka saya akan membantu anda, memberi anda manfaat, sehingga kita gunakan FOR.

I will do that for you.

Bagaimana dengan contoh berikut:

I sing …. you.

Ketika orang bernyanyi, apakah mereka melakukannya karena ingin mentransfer sesuatu kepada orang lain atau ingin menghibur? Tentunya untuk menghibur dan merupakan sebuah kebaikan, maka digunakan FOR.

I sing for you.

Contoh terakhir,

I go …. school.

Anda tentu sudah tahu bahwa yang digunakan di sini adalah TO. Jika demikian, berarti ada sesuatu yang ditransfer. Apa? Jika anda mengatakan saya pergi ke sekolah, maka sebenarnya anda mentransfer tubuh anda, yakni anda berangkat dari satu tempat ke tempat lainnya. Maka digunakan TO.

Jadi kesimpulannya, TO digunakan untuk transfer atau pertukaran dan FOR digunakan untuk sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi orang lain. Tidak jadi masalah apakah tenses yang digunakan pada past, present, atau future, atau jenis grammar apapun dalam kalimat. Yang menentukan adalah apa yang terjadi dalam kalimat tersebut.

Latihan:

1) I took flowers …. you.
2) She did it …. her.
3) Can you give your homework …. your teacher after class?
4) I created this test …. you.
5) She was promoted …. manager.

Tuliskan jawaban anda di kolom komentar di bawah!

Sumber: Let's Speak English

Selasa, 01 Januari 2013

Descriptive Method




The descriptive method of research, as opposed to an experimental or normative method, develops knowledge by describing observed situations, events and objects. The descriptive method is used in most branches of science, as well as in the social sciences.

Descriptive Method
The goal of the descriptive method is to learn about something as it already exists without causing any changes to it.

Intensive vs. Extensive
Descriptive research can focus on one particular object to gain an in-depth knowledge or focus on a variety of related objects to develop general laws.

Intensive Example
An example of an intensive use of the descriptive method would be describing in great detail the structure and composition of an object, such as a work of art or an animal.

Extensive Example
An example of an extensive use of the descriptive method would be observing a variety of animals to understand common behaviors.

Descriptive vs. Experimental
The different between the descriptive method and other uses of the scientific method is that other uses often involve altering something's state to see how it reacts, while the descriptive method focuses on observing it without making any changes.

Source:
Aalto University: Planning an Empirical Study



Taken from: What is the meaning of the descriptive method in research? | Answerbag 
 

Sharing idea. Sharing things. Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon blogger template for web hosting Flower Image by Dapino