Wah, beliau ini kan ustadz yang sering diundang ke program Bukan Empat Mata saat bulan Ramadhan. Saat ceramah, beliau sering menyelipkan jokes segar, tidak jayus, bercanda tapi tidak bohong. Langsung lah beliau menjadi salah satu 'ustadz favorit' saya dan suami hehehe.
Maka, hari itu, kami pantenginlah ceramah beliau. Ceramah bertema "Oh Mama Oh Papa", membahas tentang cara orang tua mendidik anak, interaksi ortu-anak, ayah-ibu, dan hal-hal yang berkaitan dengan hubungan rumah tangga.
Dalam sesi tanya jawab, salah seorang pemirsa di studio yang merupakan mahasiswa mengajukan pertanyaan yang kira-kira intinya seperti ini: "Ustadz, anak kan jatuh tak jauh dari ortunya. Tapi mengapa Nabi Nuh anaknya durhaka? Sedangkan orang tuanya adalah seorang Nabi?"
Ustadz Wijayanto menjawab kurang lebih begini:
"Dalam kehidupan nyata, ada tidak ortu yang sholeh, tapi anaknya preman? Atau, ortunya preman, tapi anaknya sholeh? Atau, ortunya sholeh, anaknya lebih sholeh? Atau, ortunya preman, anaknya lebih preman? Ada..
Kenapa bisa demikian? Karena, setiap orang memilih untuk melakukan apa yang ingin dia lakukan.
Takdir itu ada 2:
1. Takdir Mughayyarot, yaitu takdir yang merupakan pilihan manusia. Misalnya, memilih untuk berbuat baik, atau berbuat buruk. Manusia bebas memilih, dengan menanggung risiko dari pilihan masing-masing.
2. Takdir Ghoiru Mughayyarot, yaitu takdir yang sudah menjadi ketetapan Allah, tidak bisa diubah-ubah. Misalnya, terlahir sebagai laki-laki atau perempuan.
Begitu juga dengan pertanyaan tadi. Nabi Nuh sudah berdakwah kepada anak dan kaumnya, tapi ternyata sang anak membangkang dan tidak mau ikut dengan ajakan ayahnya. Nabi Luth sudah berdakwah kepada istrinya agar tidak lagi menjadi penyuka sesama jenis karena hal tersebut jelas-jelas sesat, tapi istrinya membangkang. Akibatnya, yang membangkang mendapatkan adzab dari Allah.
Bahkan anak seorang Nabi sekalipun, hidayah tetap milik Allah. Tugas Nabi, dan juga kita sebagai khalifah di muka bumi, hanyalah menyampaikan risalah yang telah tertuang dalam AlQur'an dan Hadits. Sisanya adalah pilihan masing-masing, mau membuka hati menerima hidayah Allah atau tidak."
Gitu deh kurang lebih. Kalo kurang maaf ya pak ustadz, kalo lebih juga maaf hehe. Tapi seingat saya, demikianlah inti dari jawaban beliau :)
Saya sempat googling tentang istilah takdir ghoiru mughayyarot dan mughayyarot yang beliau sebutkan, tapi gak nemu. Mungkin itu istilah beliau, atau mungkin sayanya yang salah keyword ^^v
Well. Apapun namanya, pilihan kita-lah, teman-teman. Karena dalam QS Ar Rad ayat 11 dinyatakan, Allah tidak mengubah nasib suatu kaum, sebelum kaum tersebut mengubah diri mereka sendiri :)
وَاللّهُ أعلَم بِالصَّوَاب
0 comments:
Posting Komentar
Thank you to read. And much more thanks to comment :)